Sejarah Melayu-Campa

Kerajaan Campa dari zaman ke zaman 

Campa, menurut literatur Cina bernama Lin Yi, yang muncul pada tahun 192 Masehi, terletak di bagian tengah negeri Vietnam sekarang, antara Gate of Annam (Hoanh Son) di utara dan Sungai Donnai di selatan. Penduduk Lin Yi berbicara dalam bahasa Cam dari rumpun Austronesia. Sejak awal Lin Yi adalah negeri yang takluk pada Cina dan membayar upeti kepadanya. Nama “Campa” disebut (dan dipakai) pertama kali dalam dua buah prasasti bahasa Sanskerta, satunya kencan 658 yang ditemukan di bagian tengah Vietnam dan satu lagi ditemukan pada tahun 668 di Kampuchea. Pada abad kedelapan, merupakan puncak kerajaan Campa, yang ditandai dengan luas kawasan dan kemajuan peradabannya. Saat ini Campa merupakan sebuah negara federal yang terdiri dari lima negara: Indrapura, Amarawati, Vijaya, Kauthara dan Panduranga, yang masing-masing negara itu memiliki administrasi masing-masing yang otonom, dengan ibukota Indrapura (Quang Nam sekarang). 

Kerajaan Campa memiliki hubungan diplomatik dengan negara tetangga dan tetangganya.Dengan Cina dan Vietnam di utara, Kampuchea di barat dan Nusantara di selatan. Campa secara teratur mengirim utusan-utusan, dan delegasi serta mengadakan hubungan ekonomi dan keagamaan dengan Cina. Ajaran agama yang dianut masyarakat Campa pada abad kedelapan dan sembilan adalah Budha Mahayana yang sampai ke Campa melalui biksu yang datang dari Cina. Hubungan dengan Nusantara dimulai ketika terjadi perampokan besar-besaran oleh orang Jawa pada akhir abad kedelapan. Dan hubungan itu menjadi lebih baik dalam bentuk hubungan perdagangan dan persahabatan 

Pada abad ke sembilan terjadi pergeseran orientasi Campa dari Cina ke India. Mulai zaman ini peradaban Campa termasuk sistem sosial, keagamaan dan lain sebagainya, dipengaruhi oleh Budaya India yang beragama Hindu dan Budha. Pada 939 muncul kekuatan baru di wilayah ini yakni Dai Viet (kemudian menjadi Vietnam), dan mulai sejak itu terjadi peperangan yang berkepanjangan antara Vietnam dan Campa, dan pada 982 Vietnam berhasil menghancurkan ibu kerajaan Indrapura, dan raja Campa memindahkannya jauh ke selatan yakni ke Vijaya (Binh Dinh sekarang), bahkan pada 1044 Dai Viet (Vietnam) berhasil menduduki kota Vijaya dan membunuh rajanya. Berbagai usaha pernah dilakukan raja-raja Campa untuk membalas dendam dan menyerang Vietnam, tapi kenyataannya pada setiap penyerangan, justru Vietnam semakin dapat memperbesar kawasan dan mencaplok Campa. Pernah kerajaan Campa kembali pada kejayaannya dalam waktu singkat, ketika diperintah oleh Che Bong Nga (1360-1390), karena dia berusaha mengembalikan wilayah yang dirampas Vietnam, dan dia memerintah dengan cukup adil dan berhasil memerangi perompak. 

Pada 1471 raja Vietnam Le Thanh Tong menyerang Campa secara besar-besaran, dan menghancurkan Vijaya, membunuh lebih 40.000 penduduk, mengusir lebih dari 30.000 lainnya dari bumi Campa, dan bahkan menghancurkan apa saja sisa-sisa kebudayaan Campa yang dipengaruhi Hindu / Budha, dan kemudian menggantikannya dengan kebudayaan China / Vietnam. Dengan kemenangan Le Thanh Tong pada 1471 itu, maka tamatlah riwayat Kerajaan Campa belahan utara, khususnya Indrapura, Amarawati dan Vijaya. 

Selanjutnya yang bertahan adalah sisa-sisa kerajaan Campa belahan selatan Kauthara dan Panduranga yang diperintahi oleh Bo Tri Tri dan pengganti-penggantinya. Kerajaan Campa mulai menerima kebudayaan Melayu dan Islam yang masuk melalui pelabuhan Panduranga dan Kauthara, dan meningkatkan hubungan dengan tanah Melayu dan Nusantara, dikabarkan raja Campa bernama Po Klau Halu (1579-1603) sudah memeluk Islam, bahkan telah mengirim tentaranya untuk membantu Sultan Johor di Semnenanjung Tanah Melayu untuk melawan Portugis di Malaka tahun 1511. 

Namun sayang sekali lagi raja Nguyen dari Vietnam menaklukan Kauthara (1659) dan Panduranga (1697). Raja Panduranga terakhir Po Cei Brei terpaksa mengungsi meninggalkan negerinya bersama ribuan pengikutnya menuju Rong Damrei di Kampuchea.Pada 1832, Penguasa Vietnam Minh menh melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap sisa terakhir penduduk Campa Panduranga, merampas seluruh sawah ladang mereka, dan memasukkan wilayah Panduranga menjadi bagian Vietnam. Dan hal itu menandai lenyapnya Sisa Kerajaan Campa terakhir dari peta bumi untuk selamanya, meskipun kebudayaan dan etnis Campa tetap berlanjut tapi sudah berada di pengungsian yakni Kampuchea. 

Kehadiran Orang Campa dan Melayu di Kampuchea 

Seperti telah diuraikan sebelumnya, banyak orang Campa yang meninggalkan tanah airnya karena desakan Nam tien atau gerakan orang-orang Vietnam ke selatan. Untuk menyelamatkan diri mereka hijrah ke Kampuchea. Di Kampuchea mereka bertemu dengan kelompok Melayu yang datang dari Nusantara. Terjadilah akulturasi budaya karena persamaan agama, dan rumpun bahasa Austronesia, ke dalam masyarakat baru yang disebut Melayu-Campa atau JVA-Cam. 

Kehadiran masyarakat Melayu di Kampuchea dimulai sejak beberapa abad sebelumnya.Sumber-sumber Khmer menyebutkan bahwa dalam abad ke 7, kaum JVA telah menghuni beberapa wilayah Khmer yang datang sebagai pedagang, pelaut dan tentara laut. 

Selama abad ke 15 hubungan dunia Melayu dan Kampuchea meningkat dari segi ekonomi dan agama. Banyak pedagang dan penyebar agama tiba di Kampuchea. Menurut sumber-sumber Melayu di Kampuchea, kebanyakan orang Melayu berasal dari Kalimantan, Jawa, Sumatera, Singapura, Trenggano dan Patani. Bahkan untuk waktu-waktu tertentu kepala Melayu telah menjalin kerjasama dan saling membantu dengan Raja-raja Khmer. 

Gelombang migrasi masyarakat Campa di Kampuchea adalah setelah 1471 ketika Vietnam menduduki Vijaya, gelombang berikutnya setelah 1697 ketika Vietnam menduduki Panduranga, dan terakhir karena mengalami siksaan luar biasa pada 1832. Migrasi Campa terjadi karena melarikan diri dari penghancuran Vietnanm, sedang migrasi Melayu dari Nusantara terjadi karena perdagangan dan penyebaran agama Islam. Dan kedua etnis berbeda asal usul ini bersatu dalam satu agama yakni Islam di negeri asing bernama Kampuchea. Kedua suku ini karena persamaan nasib, dan persamaan agama, akhirnya bekerja dan bercampur sehingga melahirkan etnis baru yang disebut Melayu-Campa. Oleh penguasa Khmer masyarakat Melayu-Campa ini dipersilahkan untuk berdiam di wilayah Oudong (ibu nregara Khmer waktu itu), wilayah Thbaung Khmum, Stung Trang dan daerah-daerah Kompot, Battambang dan Kampung Luong sekarang ini. 

Masyarakat Melayu-Campa membentuk komunitas khusus yang dikenal sebagai “Cam-JVA”.Kata “JVA” berasal dari kata “Jawa” yang ditafsirkan masyarakat Kampuchea sebagai semua masyarakat Melayu dari manapun asalnya. Mungkin mereka berasal dari Pulau Jawa, Sumatera atau mana-mana negeri di Semenanjung Tanah Melayu dan Patani. Istilah “cam” merujuk kepada penduduk yang berasal dari kerajaan Campa yang pada zaman dahulu terletak di tengah Vietnam sekarang. Karena kedua masyarakat Melayu dan Cam menganut agama Islam dan termasuk di dalam kelompok linguistik Austronesia, maka masyarakat Khmer menggolongkan mereka kepada kelompok “Cam-JVA” atau “Melayu-Campa”. 

Pada tahun 1874 penduduk Melayu-Cam berjumlah 25.599 orang. Sepuluh persen penduduk Phnom Penh adalah Melayu-Cam. Di daerah-daerah pemukiman Melayu-Campa ini banyak kita temui Masjid dan surau, serta tempat pendidikan agama. Kebanyakan Melayu-Campa bekerja sebagai petani, nelayan, peternak sapi dan pedagang yang handal, sebagian lainnya berfungsi selaku kaki tangan pemerintah, mulai dari pegawai peringakat kampung chumtup, mekhum, mesrok dan chaway Srok, bahkan juga ada yang bertugas sebagai tentara dan memegang jabatan politik . 

Keseluruhan membuktikan bahwa masyarakat Melayu-Cam telah benar-benar merasa Kampuchea sebagai negara bangsanya sendiri tanpa terkecuali, dan telah memberikan kesetiaannya kepada Kampuchea, termasuk ketika penjajahan Perancis. Sebaliknya pemerintah Khmer tidak menganggap Melayu-Cam sebagai pendatang dan orang asing, tapi warga negara bukan pribumi, sebagaimana banyak orang semacam itu lainnya. 

Kampuchea merdeka dari jajahan Prancis tanggal 9 Nopember 1953, di bawah kepala Negara Norodom Sihanouk. Namun sayangnya masyarakat Melayu-Cam tidak disebutkan dari sudut etniknya, yakni etnis Melayu-Cam, tapi disebut Khmer Islam, sebutan yang dipopulerkan hingga ke hari ini. 

Belakangan kelompok-kelompok minoritas yang dilindungi di daerah Pays Montagards du Sud (PMS) yang mencakup Kontum, Pleiku, Ban Methuot, Djing dan Dalat yang ada di Vietnam Selatan, dihapus dan seluruhnya dianggap masyarakat Vietnam. Hal yang sama juga dialami oleh sisa-sisa minoritas Cam di Vietnam dan Khmer Krom (masyarakat Khmer yang berdiam di Vietnam Selatan). Oleh sebab itu, masyarakat Melayu-Cam di Kampuchea berusaha berjuang bersama masyarakat PMS di Vietnam dan orang-orang Khmer Krom, membentuk aliansi yang disebut FULRO (Front Unifie de Lutte des Races Oprimees atau Front Pembebasan Ras-ras Tertindas). FULRO mencakup kombinasi Front de Liberation du Champa (Front Pembebasan Campa), Front de Liberation du Kampuchea Krom (Front Pembebasan Kampuchea Krom) dan Front de Liberation du Kampuchea Nord (Front Pembebasan Kampuchea Utara). 

Anggota departemen kekuasaan FULRO terdiri dari Presiden Chau Dara dan dua orang wakil presiden: Y. Bham Enoul (seorang Rade dari Ban Methuot) dan Po Nagar (seorang tentara Kapuchea yang berasal dari Kompong Cam, yang di kalangan Islam dikenal dengan Les Kosem). Les Kosem seorang tentara terjun payung Kapuchea, yang pada tahun 1970 diangkat menjadi general, dia merupakan pimpinan mulayu-Cam yang berpengaruh dalam angkatan tentara dan politik Khmer. Pada masa pemerintahan Lon Nol, nasib Melayu-Cam agak lebih baik, karena kepercayaan dan berbagai posisi diberikan pada Melayu-Cam dan FULRO. Les Kosem ditunjuk menjadi mediator dalam menyelesaiukan berbagai konflik intern Muslim dan perwakilan Kapuchea ke berbagai negara Muslim. Tapi setelah jatuhnya Kampuchea ketangan Khmer Rouge, Les Kosem melarikan diri ke Malaysia dan meninggal di Jakarta tahun 1976. 

Saat rezim Pol Pot dari Khmer Rouge (1975-1979), ribuan orang Kampuchea telah disiksa dan dibunuh karena diyakini bekerjasama dengan rezim Lon Nol dan karena alasan agama yang dianutnya. Seperti diketahui bahwa Khmer Rouge adalah penganut ajaran Komunisme radikal, dan menghambat kebebasan beragama. Melayu-Cam yang beragama Islam merasakan penderitaan yang amat sangat berat. Masyarakat Melayu-Cam dan Khmer Islam dipaksa meninggalkan tradisi keagamaan mereka, nama yang memiliki konotasi Islam, dihapus, Masjid dan madrasah tidak difungsikan atau dikurangi jumlahnya, kebiasaan-kebiasaan agama lainnya dihapus. Al-Qur’an dan bacaan-bacaan keagamaan lainnya dimusnahkan. Budaya dalam bentuk aktifitas-aktifitas, pakaian, makanan dan asesoris Islam lainnya dilenyapkan, termasuk nama dan gelar keagamaan. 

Pada tanggal 17 April 1975, pasukan khusus Khmer Rouge yang disebut angkar, telah melakukan pencarian dan penyisiran diikuti penyiksaan terhadap siapa saja yang mereka curigai berdasarkan Lon Nol. Pada 20 Mei 1975, Pol Pot telah melakukan diskriminasi sosial berdasarkan pilihan politik dan agamanya, sehingga yang ada hanya dua pilihan: “ikut Pol Pot atau menolak Pol Pot”. Mereka yang dianggap menolak Pol Pot mengalami nasib yang tidak pernah terjadi dalam sejarah umat manusia, yakni pembantaian besar-besaran. 

Diperkirakan antara satu sampai tiga juta orang telah dibunuh atau mati karena kekurangan makanan, satu juta diantaranya adalah Melayu-Campa. Dan sekitar enam juta lainnya mengalami trauma berat karena ketakutan yang sangat berat. Umat ​​Islam karena alasan ideologi dan keagamaan serta merupakan “kaum pendatang” adalah umat paling menderita, mereka dipaksa berpisah dengan kaum sesama umat Islam, atau diusir ke hutan dan gunung atau bagi yang mampu ada yang melarikan diri ke Luar Negeri, yang paling banyak lari ke Kelantan (Malaysia), Vietnam dan Thailand serta negara-negara barat. 

Meskipun Kher Rouge hanya memerintah selama empat tahun, tapi akibatnya dari aspek budaya, banyak rakyat Khmer Islam dan Melayu-Camp yang sudah tidak kenal agamanya, tidak pandai tulis baca Arab dan Campa. Pol Pot berhasil mengikis habis identitas keislaman dan Ke-Campa orang-orang Melayu Campa. 

Barulah setelah jatuhnya rezim Pol Pot dan diperintah oleh Hun Sen dan Raja Sihanouk, masyarakat Melayu-Cam/Khmer Islam kembali merasakan sedikit kemerdekaan beragama.Masjid sudah mulai difungsikan kembali demikian juga madrasah-madrasah. Masyarakat Islam ditempatkan di bawah dewan yang terdiri dari enam orang yang ditunjuk oleh raja.Dewan Agama Islam Kampuchea (MAIK) dipimpin oleh seorang Changvang (mufti), sekarang dijabat oleh Uztadz Kamaruddin Yusof, dibantu oleh dua orang Asisten Mufti (sekarang Uztadz Yusof Kadir dan Uztadz Arsyad), dilengkapi dengan tiga orang Penasehat (sekarang YB Math Ly, YB pulsa Loh dan YB Ismail Osman). Di setiap desa ada seorang pemimpin spritual bergelar Hakim. Di daerah Trea (Kompong Cham) didirikan sekolah madrasa Hafiz al-Qur’an, kemudian diikuti Sekolah Dubai di KM 9 Pnomh Penh, Darul aitam di Pochentong, Serkolah Ummul Kura di Chrouy Metrei. Madrasa Hajjah Rohimah Tambichik di Nohor Ban dan Ma’had al-Muhammady di Beng Pruol. Sebenarnya sebelum rezim Kher Rouge memerintah Kampuchea, banyak siswa Kampuchea melanjutkan studinya ke Malaysia, Thailand Selatan, Egypt, Arab Saudi dan Kuwait. 

Saat ini solidaritas dari badan-badan Islam Internasional, dan umat Islam antara bangsa telah muncul, karena nasib umat Islam di Kampuchea yang begitu menyedihkan. Rabithah Alam Islami di Mekkah, Konferensi Negara-Negara Islam (OKI) dan lain sebagainya telah menya 
lurkan berbagai bantuan, mulai dari pengiriman mushaf Al-Qur’an sampai bantuan rehabilitasi Masjid dan melakukan advokasi (pembelaan) nasib umat Islam tersebut.Lembaga-lembaga keagamaan, seperti Jema’ah Tabligh dan Darul Arqam serta Regional Islamic Da’wah Council of South East Asia And Pacific (RISEAP) dari Malaysia mendatangkan guru dan pengkhotbah / ulama serta melakukan berbagai kunjungan silaturrahmi. Saat ini sudah dikukuhkan 320 desa orang Islam, 110 diantaranya terdapat di propinsi Kompong Cham, juga sudah dikembalikan fungsinya dan direhabilitasi bangunannya sebanyak 270 masjid dan surau, dan dikikuhkan 600 orang Tuan dan Hakim.Propinsi lainnya yang juga kuat umat Islamnya adalah Propinsi Battambang dan Kampot. 

Di Kampuchea terdapat empat asosiasi Umat Islam: yakni Samakum Islam Kampuchea (Persatuan Islam Kampuchea) di bawah kepemimpinan YB Math Ly. Samakum Khmer Islam Kampuchea (Asosiasi Khmer Islam Kampuchea) dipimpin oleh YB Wan Math. Samakun Islam Preah Reach Anachakr Kampuchea (Persatuan Islam Kerajaan Kampouchea) di bawah pimpinan YB Ahmad Yahya, Dan Samakum Cham Islam Kampuchea (Asosiasi Cam Islam Kampuchea) dipimpin guru bernama Guru Zain yang tinggal di Prek Pra. Kedua istilah: Khmer Islam dan Cam sama-sama diterima dan dipakai secara resmi. Selanjutnya juga ada Yayasan seperti Cambodian Muslim Development Foundation dan Combodian Islamic Development Community. Dan tentu saja tidak bisa dilupakan adalah organisasi intelektual Muslim Kampuchea Cambodian Muslim Intelectual Alliance (CMIA) yang menyelenggarakan acara kita saat ini. 

Adapun tokoh-tokoh Islam Kampuchea yang terkenal karena posisinya yang dekat dengan pantadbiran antara lain: YB Math Ly (anggota parlemen, wakil Perdana Menteri dan mantan Menteri Pendidikan). Onkha Othman Hassan (anggota parlemen, penasehat Perdana Menteri), YB Ahmad Yahya (Anggota parlemen), HE Ismail Yusoff (anggota parlemen), YB Ismail Osman (Anggota parlemen dan wakil di kementrian Urusan Kepercayaan dan Agama). YB Zakariyya Adam Osman (wakil menteri di Kementrian Urusan Kepercayaan dan Agama). Hubungan Budaya Melayu Campa dan Asia Tenggara Seperti sudah disebutkan, ada dua etnis yang menyatu di Kampuchea, yakni Melayu-Cam. Orang Kampuchea menyebut mereka dengan “Cam-JVA”. Istilah “JVA”, yang berasal dari kata Jawa. Meskipun di Kampuchea istilah “JVA” tidak di maksudkan hanya untuk orang Jawa, tapi seluruh orang Melayu atau Nusantara, termasuk Semenanjung Tanah Melayu dan Patani. Sedang “Cam”, atau Cham berasal dari etnis atau (pemerintah lama) Campa. Kalau orang Melayu merantau dari Tanah Melayu atau Nusantara, maka orang Cam mengungsi secara besar-besaran dari tanah asal mereka di bagian tengah Vietnam sekarang, dan keduanya yang kebetulan berasal dari rumpun bahasa yang sama yakni Austronesia, dan belakangan memiliki agama yang sama, yakni Islam, maka kedua etnis tersebut dengan cepat menyatu dan melahirkan etnis JVA-cam atau Melayu-Campa. Meskipun orang Kampuchea tidak dapat membedakan orang Melayu, tapi dari kalangan Melayu sendiri , membagi Melayu menjadi tiga kategori: (1) Orang JVA Krabi (dalam bentuk tulisan Chhvea Krabei) menunjukkan orang Melayu yang berasal dari Pulau Sumatera, khususnya Minangkabau. Krapi dalam bahasa Kampuchea berarti “Kerbau”, diperkirakan menggunakan istilah JVA Krabi, karena konon kabarnya dahulu kala kerbau orang Minangkabau menang melawan kerbau yang dibawa dari Jawa. (2) Orang JVA Ijava (Chhvea iava), maksudnya orang Melayu yang berasal dari Pulau Jawa. (3) Orang JVA Malayu (chhvea Malayou), menunjukkan orang Melayu yang datang dari negeri-negeri Semenanjung Tanah Melayu dan Patani. Hijrahnya orang Melayu dari Nusantara, dalam rangka berdagang atau karena mereka anak maritim yang senang mngembara dilautan lepas, diperkirakan setelah masuknya Islam di Nusantara, sehingga mereka ikut membawa Islam ke Kampuchea. Proses imigrasi itu diperkirakan berlangsungabad ke 13 dan 14. Orang Melayu telah memainkan perannya yang besar dalam mengajarkan Islam di Kampuchea. Raja Khmer sering memberi gelar kepada tokoh-tokoh Islam, seperti “Onkha To Koley”, berasal dari Ukana To ‘Kali. Koley berasal dari kata Kalih (bahasa Melayu) atau Kadi (bahasa Arab yang berarti Hakim). Julukan “Onkha Reachea Mu Sti”, berasal dari Ukana Raja Mufti. Mufti (bahasa Arab berarti pemberi fatwa), sedang “Onkha Reachea Peanich”, berasal dari Ukana Raja Sampatti, senopati (bahasa Jawa yang berarti perwira) yang bertanggug jawab dalam bidang bisnis dan ekonomi. Pada akhir abad ke 16, sumber-sumber Khmer menyebutkan ada dua tokoh Melayu-Cam, bernama Po Rat atau Cancona (berasal dari Cam) dan Laksmana (dari Melayu), yang berbakti pada Raja Ram I (Ram dari Joen Brai (1594-1596), kedua mereka ini dikenal sebagai pemimpin tentara yang sangat kuat dan handal, dan dipercaya memadamkan berbagai pemberontakan dan diantar memimpin ekspedisi ke berbagai wilayah. Sebagai balas jasa, Raja Khmer menghadiahkan wilayah Thbaung Khum untuk mereka jadikan sebagai tempat tinggal keturunan dan masyarakat Islam lainnya.

Ternyata Amerika Memiliki Hutang 57ribu Ton Emas Kepada bangsa Indonesia.

Bagaimana sekarang harta peninggalan bung karno itu ?

Bayt al-Hikmah Institute

P Dimas Nugroho was tagged in a photo.

Ternyata Amerika Memiliki Hutang 57ribu Ton Emas Kepada bangsa Indonesia.

Ternyata Amerika Memiliki Hutang 57ribu Ton Emas Kepada bangsa Indonesia.</p><p>Inilah yang disebut Dana Revolusi Warisan Bung Karno, dan ternyata BUKAN RUMOR/ ISYU belaka.  Karena ada bukti otentiknya berupa FOTO Akta Perjanjian yang ditanda tangani para Pihak dengan cap Kepresidenannya.</p><p>Berupa 57.000 Ton Emas Batangan yang diduga menjadi penyebab terbunuhnya Presiden Amrik JFK foto bukti otentik Akta Perjanjiannya yg ditanda tangani JFK, Soekarno & Pihak dari Swiss.<br />--------------------------------------------------------------- █ █ █ </p><p>The Green Hilton Memorial Agreement" di Geneva pada 14 November 1963</p><p>Inilah perjanjian yang paling menggemparkan dunia. Inilah perjanjian yang menyebabkan terbunuhnya Presiden Amerika Serikat John Fitzgerald Kennedy (JFK) 22 November 1963. Inilah perjanjian yang kemudian menjadi pemicu dijatuhkannya Bung Karno dari kursi kepresidenan oleh jaringan CIA yang menggunakan ambisi Soeharto. Dan inilah perjanjian yang hingga kini tetap menjadi misteri terbesar dalam sejarah ummat manusia.</p><p>Perjanjian "The Green Hilton Memorial Agreement" di Geneva (Swiss) pada 14 November 1963</p><p>Dan, inilah perjanjian yang sering membuat sibuk setiap siapapun yang menjadi Presiden RI. Dan, inilah perjanjian yang membuat sebagian orang tergila-gila menebar uang untuk mendapatkan secuil dari harta ini yang kemudian dikenal sebagai "salah satu" harta Amanah Rakyat dan Bangsa Indonesia. Inilah perjanjian yang oleh masyarakat dunia sebagai Harta Abadi Ummat Manusia. Inilah kemudian yang menjadi sasaran kerja tim rahasia Soeharto menyiksa Soebandrio dkk agar buka mulut. Inilah perjanjian yang membuat Megawati ketika menjadi Presiden RI menagih janji ke Swiss tetapi tidak bisa juga. Padahal Megawati sudah menyampaikan bahwa ia adalah Presiden RI dan ia adalah Putri Bung Karno. Tetapi tetap tidak bisa. Inilah kemudian membuat SBY kemudian membentuk tim rahasia untuk melacak harta ini yang kemudian juga tetap mandul. Semua pihak repot dibuat oleh perjnajian ini.</p><p>Perjanjian itu bernama "Green Hilton Memorial Agreement Geneva". Akta termahal di dunia ini diteken oleh John F Kennedy selaku Presiden AS, Ir Soekarno selaku Presiden RI dan William Vouker yang mewakili Swiss. Perjanjian segitiga ini dilakukan di Hotel Hilton Geneva pada 14 November 1963 sebagai kelanjutan dari MOU yang dilakukan tahun 1961. Intinya adalah, Pemerintahan AS mengakui keberadaan emas batangan senilai lebih dari 57 ribu ton emas murni yang terdiri dari 17 paket emas dan pihak Indonesia menerima batangan emas itu menjadi kolateral bagi dunia keuangan AS yang operasionalisasinya dilakukan oleh Pemerintahan Swiss melalui United Bank of Switzerland (UBS).</p><p>Pada dokumen lain yang tidak dipublikasi disebutkan, atas penggunaan kolateral tersebut AS harus membayar fee sebesar 2,5% setahun kepada Indonesia. Hanya saja, ketakutan akan muncul pemimpinan yang korup di Indonesia, maka pembayaran fee tersebut tidak bersifat terbuka. Artinya hak kewenangan pencairan fee tersebut tidak berada pada Presiden RI siapa pun, tetapi ada pada sistem perbankkan yang sudah dibuat sedemikian rupa, sehingga pencairannya bukan hal mudah, termasuk bagi Presiden AS sendiri.</p><p>Account khusus ini dibuat untuk menampung aset tersebut yang hingga kini tidak ada yang tahu keberadaannya kecuali John F Kennedy dan Soekarno sendiri. Sayangnya sebelum Soekarno mangkat, ia belum sempat memberikan mandat pencairannya kepada siapa pun di tanah air. Malah jika ada yang mengaku bahwa dialah yang dipercaya Bung Karno untuk mencairkan harta, maka dijamin orang tersebut bohong, kecuali ada tanda-tanda khusus berupa dokumen penting yang tidak tahu siapa yang menyimpan hingga kini.</p><p>Menurut sebuah sumber di Vatikan, ketika Presiden AS menyampaikan niat tersebut kepada Vatikan, Paus sempat bertanya apakah Indonesia telah menyetujuinya.</p><p>Kabarnya, AS hanya memanfaatkan fakta MOU antara negara G-20 di Inggris dimana Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut menanda tangani suatu kesepakatan untuk memberikan otoritas kepada keuangan dunia IMF dan World Bank untuk mencari sumber pendanaan alternatif. Konon kabarnya, Vatikan berpesan agar Indonesia diberi bantuan. Mungkin bantuan IMF sebesar USD 2,7 milyar dalam fasilitas SDR (Special Drawing Rights) kepada Indonesia pertengahan tahun lalu merupakan realisasi dari kesepakatan ini, sehingga ada isyu yang berkembang bahwa bantuan tersebut tidak perlu dikembalikan.</p><p>Oleh Bank Indonesia memang bantuan IMF sebesar itu dipergunakan untuk memperkuat cadangan devisa negara. Kalau benar itu, maka betapa nistanya rakyat Indonesia. Kalau benar itu terjadi betapa bodohnya Pemerintahan kita dalam masalah ini. Kalau ini benar terjadi betapa tak berdayanya bangsa ini, hanya kebagian USD 2,7 milyar. Padahal harta tersebut berharga ribuan trilyun dollar Amerika.</p><p>Aset itu bukan aset gratis peninggalan sejarah, aset tersebut merupakan hasil kerja keras nenek moyang kita di era masa keemasan kerajaan di Indonesia.</p><p>Asal Mula Perjanjian "Green Hilton Memorial Agreement"<br />Setelah masa perang dunia berakhir, negara-negara timur dan barat yang terlibat perang mulai membangun kembali infrastrukturnya. Akan tetapi, dampak yang telah diberikan oleh perang tersebut bukan secara materi saja tetapi juga secara psikologis luar biasa besarnya. Pergolakan sosial dan keagamaan terjadi dimana-mana. Orang-orang ketakutan perang ini akan terjadi lagi. Pemerintah negara-negara barat yang banyak terlibat pada perang dunia berusaha menenangkan rakyatnya, dengan mengatakan bahwa rakyat akan segera memasuki era industri dan teknologi yang lebih baik. Para bankir Yahudi mengetahui bahwa negara-negara timur di Asia masih banyak menyimpan cadangan emas. Emas tersebut akan di jadikan sebagai kolateral untuk mencetak uang yang lebih banyak yang akan digunakan untuk mengembangkan industri serta menguasai teknologi. Karena teknologi Informasi sedang menanti di zaman akan datang.</p><p>Sesepuh Mason yang bekerja di Federal Reserve (Bank Sentral di Amerika) bersama bankir-bankir dari Bank of International Settlements / BIS (Pusat Bank Sentral dari seluruh Bank Sentral di Dunia) mengunjungi Indonesia. Melalui pertemuan dengan Presiden Soekarno, mereka mengatakan bahwa atas nama kemanusiaan dan pencegahan terjadinya kembali perang dunia yang baru saja terjadi dan menghancurkan semua negara yang terlibat, setiap negara harus mencapai kesepakatan untuk mendayagunakan kolateral Emas yang dimiliki oleh setiap negara untuk program-program kemanusiaan. Dan semua negara menyetujui hal tersebut, termasuk Indonesia. Akhirnya terjadilah kesepakatan bahwa emas-emas milik negara-negara timur (Asia) akan diserahkan kepada Federal Reserve untuk dikelola dalam program-program kemanusiaan. Sebagai pertukarannya, negara-negara Asia tersebut menerima Obligasi dan Sertifikat Emas sebagai tanda kepemilikan. Beberapa negara yang terlibat diantaranya Indonesia, Cina dan Philippina. Pada masa itu, pengaruh Soekarno sebagai pemimpin dunia timur sangat besar, hingga Amerika merasa khawatir ketika Soekarno begitu dekat dengan Moskow dan Beijing yang notabene adalah musuh Amerika.</p><p>Namun beberapa tahun kemudian, Soekarno mulai menyadari bahwa kesepakatan antara negara-negara timur dengan barat (Bankir-Bankir Yahudi dan lembaga keuangan dunia) tidak di jalankan sebagaimana mestinya. Soekarno mencium persekongkolan busuk yang dilakukan para Bankir Yahudi tersebut yang merupakan bagian dari Freemasonry.</p><p>Tidak ada program-program kemanusiaan yang dijalankan mengunakan kolateral tersebut. Soekarno protes keras dan segera menyadari negara-negara timur telah di tipu oleh Bankir International.</p><p>Akhirnya Pada tahun 1963, Soekarno membatalkan perjanjian dengan para Bankir Yahudi tersebut dan mengalihkan hak kelola emas-emas tersebut kepada Presiden Amerika Serikat John F.Kennedy (JFK). Ketika itu Amerika sedang terjerat utang besar-besaran setelah terlibat dalam perang dunia. Presiden JFK menginginkan negara mencetak uang tanpa utang.</p><p>Karena kekuasaan dan tanggung jawab Federal Reserve bukan pada pemerintah Amerika melainkan di kuasai oleh swasta yang notabene nya bankir Yahudi. Jadi apabila pemerintah Amerika ingin mencetak uang, maka pemerintah harus meminjam kepada para bankir yahudi tersebut dengan bunga yang tinggi sebagai kolateral. Pemerintah Amerika kemudian melobi Presiden Soekarno agar emas-emas yang tadinya dijadikan kolateral oleh bankir Yahudi di alihkan ke Amerika. Presiden Kennedy bersedia meyakinkan Soekarno untuk membayar bunga 2,5% per tahun dari nilai emas yang digunakan dan mulai berlaku 2 tahun setelah perjanjian ditandatangani. Setelah dilakukan MOU sebagai tanda persetujuan, maka dibentuklah Green Hilton Memorial Agreement di Jenewa (Swiss) yang ditandatangani Soekarno dan John F.Kennedy. Melalui perjanjian itu pemerintah Amerika mengakui Emas batangan milik bangsa Indonesia sebesar lebih dari 57.000 ton dalam kemasan 17 Paket emas.</p><p>Melalui perjanjian ini Soekarno sebagai pemegang mandat terpercaya akan melakukan reposisi terhadap kolateral emas tersebut, kemudian digunakan ke dalam sistem perbankan untuk menciptakan Fractional Reserve Banking terhadap dolar Amerika. Perjanjian ini difasilitasi oleh Threepartheid Gold Commision dan melalui perjanjian ini pula kekuasaan terhadap emas tersebut berpindah tangan ke pemerintah Amerika. Dari kesepakatan tersebut, dikeluarkanlah Executive Order bernomor 11110, di tandatangani oleh Presiden JFK yang memberi kuasa penuh kepada Departemen Keuangan untuk mengambil alih hak menerbitkan mata uang dari Federal Reserve. Apa yang pernah di lakukan oleh Franklin, Lincoln, dan beberapa presiden lainnya, agar Amerika terlepas dari belenggu sistem kredit bankir Yahudi juga diterapkan oleh presiden JFK. salah satu kuasa yang diberikan kepada Departemen keuangan adalah menerbitkan sertifikat uang perak atas koin perak sehingga pemerintah bisa menerbitkan dolar tanpa utang lagi kepada Bank Sentral (Federal Reserve)</p><p>Tidak lama berselang setelah penandatanganan Green Hilton Memorial Agreement tersebut, presiden Kennedy di tembak mati oleh Lee Harvey Oswald. Setelah kematian Kennedy, tangan-tangan gelap bankir Yahudi memindahkan kolateral emas tersebut ke International Collateral Combined Accounts for Global Debt Facility di bawah pengawasan OITC (The Office of International Treasury Control) yang semuanya dikuasai oleh bankir Yahudi. Perjanjian itu juga tidak pernah efektif, hingga saat Soekarno ditumbangkan oleh gerakan Orde baru yang didalangi oleh CIA yang kemudian mengangkat Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Sampai pada saat Soekarno jatuh sakit dan tidak lagi mengurus aset-aset tersebut hingga meninggal dunia. Satu-satunya warisan yang ditinggalkan, yang berkaitan dengan Green Hilton Memorial Agreement tersebut adalah sebuah buku bersandi yang menyembunyikan ratusan akun dan sub-akun yang digunakan untuk menyimpan emas, yang terproteksi oleh sistem rahasia di Federal Reserve bernama The Black screen. Buku itu disebut Buku Maklumat atau The Book of codes. Buku tersebut banyak di buru oleh kalangan Lembaga Keuangan Dunia, Para sesepuh Mason, para petinggi politik Amerika dan Inteligen serta yang lainnya. Keberadaan buku tersebut mengancam eksistensi Lembaga keuangan barat yang berjaya selama ini.</p><p>Sampai hari ini, tidak satu rupiah pun dari bunga dan nilai pokok aset tersebut dibayarkan pada rakyat Indonesia melalui pemerintah, sesuai perjanjian yang disepakati antara JFK dan Presiden Soekarno melalui Green Hilton Agreement.</p><p>Padahal mereka telah menggunakan emas milik Indonesia sebagai kolateral dalam mencetak setiap dollar.</p><p>Hal yang sama terjadi pada bangsa China dan Philipina. Karena itulah pada awal tahun 2000-an China mulai menggugat di pengadilan Distrik New York. Gugatan yang bernilai triliunan dollar Amerika Serikat ini telah mengguncang lembaga-lembaga keuangan di Amerika dan Eropa. Namun gugatan tersebut sudah lebih dari satu dasawarsa dan belum menunjukkan hasilnya. Memang gugatan tersebut tidaklah mudah, dibutuhkan kesabaran yang tinggi, karena bukan saja berhadapan dengan negara besar seperti Amerika. Akankah Pemerintah Indonesia mengikuti langkah pemerintah Cina yang menggugat atas hak-hak emas rakyat Indonesia yang bernilai Ribuan Trilyun Dollar… (bisa untuk membayar utang Indonesia dan membuat negri ini makmur dan sejahtera)?.....Inilah yang disebut Dana Revolusi Warisan Bung Karno, dan ternyata BUKAN RUMOR/ ISYU belaka. Karena ada bukti otentiknya berupa FOTO Akta Perjanjian yang ditanda tangani para Pihak dengan cap Kepresidenannya.Berupa 57.000 Ton Emas Batangan yang diduga menjadi penyebab terbunuhnya Presiden Amrik JFK foto bukti otentik Akta Perjanjiannya yg ditanda tangani JFK, Soekarno & Pihak dari Swiss.The Green Hilton Memorial Agreement” di Geneva pada 14 November 1963.

Lihat pos aslinya 2.046 kata lagi

Sekilas Tragedi Sejarah Bangsa Champa

 

Rabu, 23 Mei 2012

Gambar

Urang Campa

adalah sebutan bagi komunitas Campa dalam bahasa mereka sendiri. Sedangkan di Malaysia mereka disebut sebagai Melayu Champa. Pada awalnya mereka adalah penganut Hindu Shiwa dan kemudian beralih ke Islam sejak abad ke 13, sezaman dengan perkembangan Islam di Nusantara. Asal muasal orang Champa menurut penelitian adalah masyarakat Melayu-Polinesiayang mendiami Kepulauan Nusantara pada abad sebelum Masehi.

Sepanjang sejarahnya yang selama 1.5 Millennium (192 M – 1832 M), bangsa ini telah menempuh kejayaan dan kehancuran. Dan sekarang bisa dikatakan punah, karena sudah tidak memiliki tanah air lagi dan anak cucunya yang sekira 500,000 an orang tersebar di delapan negara (Kamboja, Vietnam, Malaysia, Indonesia, USA, Thailand, Laos dan Perancis).

Kaitan Dengan Minangkabau

  • Tokoh Harimau Campa dalam Tambo Alam Minangkabau
  • Tempat asal leluhur Suku Jambak
  • Kerajaan Inderapura yang bernama sama dengan Kota Inderapura di Champa
  • Sistem Matrilineal yang diamalkan.

Dari Awal Sampai Puncak Kejayaan
Catatan sejarah Cina mencatat kemunculan Kerajaan Champa pada tahun 192 M, yang pada saat itu mereka sebut sebagai Lin Yi. Sejatinya Champa adalah sebentuk Konfederasi Kota yang terdiri dari:

  • Inderapura (ibukota Champa dari 875 M -1000 M)
  • Amaravati
  • Vijaya (ibukota Champa dari 1000 M – 1471 M)
  • Kauthara, dan
  • Panduranga

Beberapa ahli sejarah berpendapat, kebudayaan Champa setidaknya dipengaruhi oleh unsur-unsur Cina, India, Khmer dan Jawa. Pada masa pra 1471 M, Hindu Shiwa adalah agama resmi negara, dan Sansekerta adalah tulisan resmi yang diwujudkan dalam prasasti-prasasti dan maklumat negara. Walaupun beraksara Sansekerta, bahasa yang digunakan tidak melulu Sansekerta, karena banyak ditemukan prasasti dengan dua bahasa, yaitu Sansekerta dan Champa. Agama Buddha Mahayana pernah juga menjadi agama resmi negara pada masa pemerintahan Raja Indrawarman II pada tahun 875 M. Saat itu ibukota berada di Inderapura.

Bangsa Champa adalah bangsa pedagang yang pada masa kejayaannya menguasai jalur perdagangan sutera dan rempah-rempah antara Cina, Nusantara, India dan Persia. Umumnya mereka adalah pedagang perantara.

Bangsa Khmer secara tradisional adalah pesaing Bangsa Champa, walaupun demikian kedua kerajaan ternyata saling mempengaruhi dan keluarga bangsawannya sering pula kawin mawin. Champa juga menjalin hubungan yang cukup dekat dengan dinasti raja-raja yang berkuasa di Nusantara, seperti Sriwijaya dan Majapahit. Dalam salah satu keterangan disebutKertanegara, Raja Majapahit memperistri Putri Champa.

Bangsa Champa juga tersebar sampai ke Acheh dan Minangkabau. Bahkan bahasa Champa mempengaruhi Bahasa Aceh yang dituturkan di Pesisir Utara dan Pesisir Timur Aceh. Bangsa Champa juga merupakan bangsa yang menganut adat matrilineal, sama seperti yang diamalkan orang Minangkabau saat ini.

Puncak kejayaan Champa berlangsung dari abad ketujuh sampai abad kesepuluh. Era ini meninggalkan bangunan-bangunan bersejarah seperti komplek percandian My Son (abad ke 7) dan Po Klong Garai (abad ke 13).

Serangan Serangan Menuju Kehancuran
Bangsa Khmer dan Bangsa Vietnam adalah musuh tradisional dari Bangsa Champa. Selama lebih seribu tahun perjalanan sejarah mereka, kedua bangsa ini silih berganti menyerang Champa.

Berikut ringkasan serangan-serangan tersebut:

  • Invasi Khmer ke Kauthara, pada tahun 944-945 M
  • Invasi Dai Viet ke Inderapura pada tahun 982 M, yang menyebabkan kota ini ditinggalkan dan ibukota pindah ke Vijaya di selatan
  • Invasi Dai Viet ke Vijaya pada tahun 1021, 1026 dan 1044 M, yang menyebabkan tewasnya Raja Sa Dau dan ditawannya Permaisuri Mi E. Permaisuri kemudian bunuh diri dengan menceburkan diri ke lautan. Sejumlah 30,000 rakyat Champa juga tewas dalam penyerbuan ini. Tahun 1069, Dai Viet kembali menyerang Vijaya, membakar seisi kota dan menawan 50,000 warganya untuk dijadikan budak.
  • Invasi Khmer ke Vijaya pada tahun 1080 M. Candi-candi dan Istana dihancurkan dan dirampok.
  • Invasi Khmer pada tahun 1145 M, ibukota dipindahkan ke Panduranga. Komplek percandian My Son dihancurkan oleh Khmer. Namun pada tahun 1177 M, Champa melakukan serangan balasan ke ibukota Khmer dan membunuh Raja Khmer.
  • Invasi Bangsa Mongol pada tahun 1283 M
  • Invasi Dai Viet pada tahun 1471, pada saat ini komunitas Champa sudah menganut agama Islam. Invasi ini merupakan awal kehancuran Champa secara massif yang berujung pada terhapusnya negara Champa dari peta dunia. Kota Vijaya dihancurkan sehancur hancurnya, 60,000 rakyat tewas dan 60,000 lainnya ditawan sebagai budak. Raja Pau Kubah juga ditangkap dan dibunuh. Kaisar Lê Thánh Tông menganeksasi wilayah Amaravati dan Vijaya kedalam Vietnam. Peristiwa ini memicu emigrasi besar-besaran dari rakyat Champa yang tersisa ke Kamboja (Khmer), Malaka, Aceh dan wilayah lain di Sumatera.

Penindasan dan Genosida
Sisa-sisa rakyat Champa sekarang paling banyak terdapat di PropinsiKampong Cham, Kamboja dan Provinsi Phan Rang-Thap Cham, Vietnam. Phan Rang diambil dari kata Panduranga, kota terakhir dan paling selatan dari peradaban Champa.

Kehidupan Urang Campa di Kamboja juga sangat tragis dan menyedihkan. Agama Islam yang mereka anut belakangan menyebabkan mereka memperoleh penindasan dari penguasa Khmer yang menginginkan tidak ada perbedaan. Orang-orang Champa tidak mau kawin dengan non-Muslim sehingga menyebabkan kemarahan para raja Khmer. Bahkan penguasa Khmer Merah, membunuh lebih dari 500,000 orang Champa dalam tindakan genosidanya.

Penghancuran Terakhir oleh Amerika
Meskipun masyarakat Champa sudah hampir musnah pada awal tahun 1960an, namun mereka masih menyisakan bukti-bukti peradaban mereka yang gemilang dalam bentuk candi-candi di komplek percandian My Son dan Po Klong Garai, arca-arca dan patung-patung perunggu yang disimpan di museum.

Namun ini tidak bertahan lama, karena selama Perang Vietnam, Amerika memborbardir komplek percandian My Son. Menghancurkannya dengan karpet bom hanya dalam satu minggu, sehingga tersisa hanya 20 bangunan dari 70 bangunan yang ada semula. Beruntung sebelum perang ada beberapa arkeolog Perancis yang memotret dan membuat sketsa dari bangunan-bangunan candi tersebut.

Pemerintah Vietnam sendiri tampak seperti memiliki dendam sejarah terhadap Bangsa Champa. Mereka membiarkan bangunan-bangunan ini tidak terawat dan ditumbuhi alang-alang. Mereka masih menganggap Urang Campa sebagai musuh abadinya. Selama pemerintahan Dinasti Nguyen di Vietnam Selatan, mereka membuat sebuah arena pertarungan gajah dengan harimau. Gajah selalu menang dan harimau pasti mati. Harimau yang merupakan simbol Bangsa Champa bagi mereka adalah simbol pemberontakan terhadap raja dan simbol kejahatan serta ketidakamanan dalam negeri. Gajah adalah simbol bagi raja.

https://www.google.com/maps/preview#!q=11.6011111111%2C108.946944444&data=!1m4!1m3!1d14229!2d108.9469444!3d11.60111

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Champa
http://www.viettouch.com/champa/champa_history.html
http://www.phnompenhpost.com/index.php/Special-Reports/the-long-tragedy-of-cham-history.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Cham_people_(Asia)

Menerka Tarikh Sejarah dari Harimau Champa

Harimau Campa Dalam Tambo

Harimau Campa adalah nama seorang tokoh yang disebut-sebut di dalamTambo Alam Minangkabau. Bersama-sama Kucing Siam, Kambing Hutan dan Anjing Mualim, mereka berempat adalah para pengiring Ninik Sri Maharaja Diraja dan rombongan. Mereka semua adalah para pendekar yang di kemudian hari menjadi orang-orang pertama pendiri cikal bakal Silek Minang. Mereka juga dipercaya sebagai leluhur orang-orang di Luhak Nan Tigo.

Harimau Campa menjadi leluhur orang Luhak Agam, Kucing Siam menjadi leluhur orang Canduang Lasi Tuo, Kambing Hutan menjadi leluhur orang luhak Limopuluah sedangkan Anjing Mualim berkelana di sepanjang Bukit Barisan. Luhak Tanah Datar sendiri dipenuhi oleh anak keturunan Ninik Sri Maharaja Diraja. Setidaknya begitulah menurut Tambo Alam Minangkabau. Soal keturunan ini kemudian diabadikan dalam warna bendera Luhak Nan Tigo yang kemudian kita kenal sebagai marawa.

Kalau kita perhatikan nama-nama tokoh diatas, ada hal menarik yang tersirat darinya, khususnya Harimau Campa. Bernama Harimau Campa, tentulah berasal dari Negeri Champa. Logikanya tentu negeri ini telah ada dan masyhur sebelum nenek moyang orang Minangkabau mendarat di Sumatera.

Sumber:

http://en.wikipedia.org/wiki/Champa

Mitologi Nagari Sungai Pua

alexander_2lisan_200_200 alex agung

putra gobah1

Dalam kaba atau tambo yang pernah kita dengar Sungai Pua yang terletak dilereng Merapi itu merupakan nagari yang pertama kali didiami oleh nenek moyang orang  minang .Disebut Iskandar Muda Zulkarnain  dan rombongan  raja dari Eropa datang  ke  Gunung Merapi , itu merupakan manusia yang menjadi nenek moyang orang minangkabau . Dan kemudian setelah beranak pinak baru turun ke Pariangan Padang Panjang , pandai sikek , dan ke Tigo baleh .  Tigo baleh datuk ini kemudian memberi nama negeri pertama singgahnya ke Kabupaten Agam nagari tigo baleh . Kemudian mereka berpencar menetap di nagari kurai di Bukittinggi .

Bukittinggi Dewasa ini

Gambar  jam gadang malam hari   pasar bawah 2  kpu bt

gerbang bt

Kota Perjuangan Bukittinggi  kelahiran Bung Hatta ini banyak mengalami perubahan secara fisik mapun spirit . Tapi dia tetap sebagai kota pelajar yg cepat berkembang menjadi kota  tujuan  wisata .Dimana mana apabila hari lebaran , tahun baru , maupun waktu pelajar libur , maka jalanan utama Padang – Bukittinggi macet total seperti di Jakarta .